Sebuah Kisah tentang 12 Shio dari Mantan Perdana Menteri Tiongkok, Zhou En Lai

Zhou En Lai

Gemintang.com – Secarik kisah dari mantan perdana menteri Tiongkok, Zhou En Lai tentang 12 Shio telah menggemparkan dunia. Kisah ini berawal pada saat Zhuo En Lai sedang makan bersama sekelompok murid dari Eropa. Karena kebanyakan minum arak, salah satu murid yang berasal dari Jerman tiba-tiba saja menghina dan melecehkan kaum Tionghoa dan cara berpikir para leluhurnya tentang shio. 

“Kami benar-benar tidak mengerti cara berpikir para leluhur kalian. Apa maksud dari 12 shio itu? Mengapa ada shio Babi, Anjing, Tikus, dan lain-lain? Ini berbeda dengan paham zodiak yang kami anut.”

Setelah pertanyaan itu diucapkan, para pelajar bangsawan tertawa terbahak-bahak. Suasana yang awalnya tenang pun berubah menjadi ramai dan hiruk-pikuk. Seyogianya, bila seorang leluhur dimaki dan dihina, walaupun tidak memiliki alasan untuk membantah, kita sebagai keturunannya bisa memberikan reaksi pembelaan atau sikap tidak setuju. Tetapi apa yang terjadi?

Semua orang dari kaum Tionghoa yang saat itu berada di tempat yang sama dengan Zhou En Lai dan pelajar bangsawan justru terdiam. Mungkin mereka sedang memikirkan jawabannya. Maka selagi semua orang terdiam, bangkitlah Zhou En Lai dan mulai berkata-kata dengan ramah dan tenang.

“Leluhur kami memandang segala sesuatu sesuai kenyataan. 12 shio yang terdiri dari 12 jenis binatang merupakan refleksi dari 6 jalur pasangan yang sarat akan realita. Dalam reflektivitas tersebut, leluhur kami memiliki harapan dan permintaan terhadap anak-cucu keturunan Tionghoa.”

Keheningan melanda mereka. Mulut mereka mulai terkatup tetapi sinisme dan pelecehan itu masih terpancar dari wajah para murid bangsawan. Zhou En Lai pun melanjutkan kata-katanya.

“Kelompok pertama adalah Tikus dan Sapi. Tikus melambaikan kepandaian serta kebijaksanaan, sementara Sapi melambangkan kerajinan. Bijaksana dan rajin adalah sebuah kesatuan. Jika kita bisa bersikap bijaksana tetapi tidak rajin, maka kita akan terlihat sok pintar. Tetapi jika hanya kerajinan yang menonjol dan tidak ada kebijaksanaan, maka kita adalah orang bodoh. Leluhur kami berharap dan meminta kepada keturunan-keturunannya untuk selalu ingat makna dari kelompok pertama ini.”

Lanjut Zhou En Lai, “Kelompok kedua adalah Macan dan Kelinci. Macan melambangkan keberanian dan Kelinci melambangkan sikap kehati-hatian. Dalam melakukan berbagai hal, kita harus selalu ingat dua hal tersebut. Apabila keberanian saja yang kita miliki dan tidak berhati-hati, maka kita akan disebut sembrono alias ngawur. Tetapi jika sebaliknya, berani saja tapi tidak hati-hati, itu disebut licik.”

Zhou En Lai memandang pelajar bangsawan itu kemudian berkata lagi. “Maka pada saat kami menunjukkan kehati-hatian, jangan mengira kami tidak memiliki keberanian. Sebenarnya leluhur kami selalu bersikap bijaksana untuk menuju suatu keadaan yang damai, harmonis serta sempurna. Sang leluhur tidak pernah meminta satu permintaan hanya dengan satu tugas saja tetapi selalu berpasangan.”

Kini, mereka yang mendengarkan ucapan Zhou En Lai mulai merenung dan berpikir.

“Kelompok ketiga adalah Naga dan Ular. Naga melambangkan sikap keras sementara Ular melambangkan kelemah-lembutan. Jika terlalu keras maka akan mudah patah. Tetapi jika terlalu lemah akan kehilangan arah seakan tidak memiliki prinsip. Karena itu, dalam hidup kedua hal ini harus seimbang. Ini menjadi salah satu wejangan dari leluhur kami.”

“Selanjutnya adalah Kuda dan Kambing. Kuda melambangkan semangat yang tiada akhir dan pantang mundur dalam mencapai suatu sasaran dan Kambing melambangkan sikap yang penuh pertimbangan. Nah, bila seseorang hanya fokus dengan tujuannya tanpa memedulikan oran-orang dan hal lain yang ada di sekitarnya, maka dalam perjalanannya menuju suatu tujuan pasti akan mengalami banyak tantangan sehingga belum tentu ia bisa meraih tujuan tersebut. Tetapi jika seseorang terlalu banyak pertimbangan tanpa pedui dengan keadaan sekitarnya, ia pun akan kehilangan sasarannya.”

Ucap Zhou En Lai lagi, “Maka sifat maju terus pantang mundur harus erat dan menyatu dengan sifat pertimbangan. Ini merupakan harapan keempat dari leluhur kami.”

“Yang selanjutnya yakni Kera dan Ayam.”

“Kera melambagkan kelincahan juga kecerdikan dan Ayam melambangkan kemantapan dan sikap sistematis. Zaman dahulu, orang-orang mengetahui waktu tanpa adanya jam. Bagi mereka, ayam berkokok saat matahari terbit adalah pertanda bahwa mereka harus segera melakukan aktivitasnya. Saat suara ayam berkokok, maka mulailah mereka merencanakan aktivitas hariannya dengan cerdik serta sangat sistematis. Dari hal ini maka kita bisa mengambil kesimpulan bahwa kecerdikan dan sikap terencana adalah sebuah kesatuan.”

“Bila hanya mengandalkan kecerdikan tetapi tidak memiliki sikap mantap atau sistematis, ide sebagus apapun akan terasa hambar. Sebaliknya, jika hanya mengandalakan kemantapan tetapi tidak mampu bersikap cerdik, ide yang bagus pun akan sulit didapat. Jika diibaratkan, hal tersebut seperti kolam air yang mati dan tidak mengalir.”

“Kecerdikan dan sikap terorganisir harus berjalan seirama. Di samping ide-ide serta inovasi yang menarik, semua itu juga harus direncanakan dengan baik. Ini merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.”

“Yang terakhir adalah Anjing dan Babi. Anjing melambangkan kesetiaan dan Babi melambangkan fleksibilitas. Seseorang bila terlalu setia maka ia akan menjadi fanatik dan bersikap acuh dengan orang-orang serta keadaan di sekitarnya. Tetapi apabila seseorang  terlalu fleksibel atau selalu ‘mengikuti arus’, hidupnya seakan tidak memiliki makna. Maka kesetiaan terhadap bangsa, negara, kelompok komunitas maupun terhadap cita-cita hidup harus selalu fleksibel atau tidak kaku. Dengan begitu, kesetiaan tersebut akan dipandang tidak membabi buta dan di sinilah kami selalu melakukan hubungan diplomatik dengan negara lain. Kami bisa diterima oleh negara lain karena kami mencoba untuk senantiasa fleksibel namun tetap setia kepada negara kami sendiri.”

Zhuo En Lai masih melanjutkan, “Di sinilah kami sebagai orang-orang Tionghoa memiliki shio-nya masing-masing. Ada yang memiliki shio Babi, Anjing, hingga Kerbau. Semua ada maknanya. Leluhur kami mengharapkan agar kami bisa sempurna. Masing-masing shio mempunyai keunggulannya tapi juga ada kekurangannya. Maka dari itu, kami diingatkan 6 jalur refleksi ini untuk saling menutupi kekuarangannya. Contohnya, orang yang memiliki shio Babi suka mengikuti arus tetapi jangan lupa tetap memiliki kesetiaan. Sementara yang memiliki shio Anjing, ia diajar untuk mampu bersikap fleskibel meskipun kesetiannya terhadap suatu hal amat tinggi.”

Setelah panjang-lebar menjelaskan makna 12 shio tadi, Zhuo En Lai bertanya; Lalu apa harapan dan permintaan leluhur kalian akan 12 zodiak seperti Taurus, Leo, Libra, dll? Jika kalian mengetahuinya, jangan sungkan untuk saling berbagi dan beritahu saya.

Kemudian apa yang terjadi? Suasana hening justru menyergap mereka kembali. Tidak ada satu pun dari para pelajar bangsawan itu yang dapat menjawabnya. Akhirnya, mereka pun memuji Zhou En Lai dari hati yang terdalam. Kata mereka, “Kami tidak menyangka jika 12 shio ini mempunyai makna yang sangat mendalam.”

Cerita di atas merupakan salah satu kehebatan yang dimiliki oleh Perdana Menteri Tiongkok, Zhou En Lai. Ia tidak hanya dikenal memiliki kepribadian yang ramah dan hangat tetapi juga dikagumi oleh dunia internasional. Hingga saat ini Zhou En Lai menjadi satu-satunya perdana menteri di dunia yang fotonya dipajang di kantor PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) dan dihormati oleh pemimpin dari seluruh dunia ketika dirinya wafat.

Meski semasa hidupnya Perdana Menteri Zhou En Lai tidak memiliki anak, harta-benda, rumah, bahkan sebidang tanah untuk menguburkan jenazahnya, namun ia dikenal sebagai sosok yang pandai dan cerdik. Zhou En Lai telah mengabdikan seluruh hidupnya kepada rakyat dan negara Tiongkok sehingga seluruh dunia sangat salut dan menghormati akhlaknya.

Memiliki pemimpin dengan gambaran seperti Zhou En Lai adalah sebuah kebanggaan tersendiri. Walaupun hinaan dan pelecehan dari orang-orang barat terhadap RRT (Republik Rakyat Tiongkok) ia terima, namun dengan kecerdikannya ia mampu menepis semua hal itu. Ia bahkan mampu membalikkan hinaan menjadi sebuah pujian.

foto: zzconnect.com

(rut/rut)

Favorit
Sebuah Kisah tentang 12 Shio dari Mantan Perdana Menteri Tiongkok, Zhou En Lai silky

Review

Sebuah Kisah tentang 12 Shio dari Mantan Perdana Menteri Tiongkok, Zhou En Lai

Summary: Sebuah Kisah tentang 12 Shio dari Mantan Perdana Menteri Tiongkok, Zhou En Lai

5

Good

User Rating: 4.8 (2 votes)

Related Posts

Klik suka sekarang