Satu Atap dengan Mertua

Foto by homesavvi.com

Gemintang.com – Menikah, mengurus suami dan anak serta memiliki rumah sendiri, itu merupakan impian para wanita ketika memulai suatu biduk rumah tangga. Tapi hal memiliki rumah sendiri begitu menikah ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Jaman sekarang harga rumah selangit, serta membutuhkan banyak tenaga untuk mencari rumah yang sesuai dengan kebutuhan dan kantong kita. Belum lagi jika mengurus KPR yang repotnya minta ampun. Mungkin bisa saja jika suami mempunyai bagian warisan, atau sudah menabung dari jauh-jauh hari untuk hal yang satu ini. Tapi jika tidak? Pilihan tinggal serumah dengan mertua adalah jalan keluarnya. Yang jadi masalah adalah tidak mudah bagi para menantu  untuk beradaptasi dengan mertua. Ketika masa pacaran memang beliau terlihat kalem, tapi ketika sudah tinggal seatap dengannya, barulah kamu mengetahui seluk beluknya… 

  • Mendadak berubah

Perubahan sikap mertua semenjak pacaran hingga tinggal satu atap dengannya memang berbeda. Sikap manis yang dulu ditunjukkannya sekarang berganti dengan teguran dan kritikan yang sering beliau lontarkan. Apalagi, jika pasangan kita adalah anak tunggal dalam sebuah keluarga, bukan barang langka lagi jika mertua menjadi sangat posesif tiap kali kita ada diluar rumah. Tapi hal tersebut jangan dulu dipandang negatif. Itu terjadi karena mertua sedang berusaha menjadi orangtua yang baik bagi kita melalui perhatiannya. Namun seringkali kita justru menyalah artikan semua kebawelan dan omelannya.

  • Memahami beliau

Kecendrungan memikirkan ketidakcocokan kita dengan mertua itulah yang menyebabkan kita cemas berlebihan. Kita spontan membangun jarak dengan mertua sehingga terbentanglah jurang antara mertua dan menantu. Paham ibu mertua yang galak dan tak bisa akur dengan menantu seringkali kita lihat di drama-drama televisi, sedikit tidaknya itu berpengaruh pada faktor psikologis kita. Inilah yang membuat kita takut duluan begitu tinggal satu atap dengan beliau. Perbedaan pola pikir antara mertua dan menantu merupakan hal yang sering menimbulkan konflik diantaranya. Contohnya saja, mertua kita merupakan pribadi yang menarapkan pola pikir  berhemat dan cekatan, sedangkan kita cenderung lamban dan boros. Belum lagi paham yang sering ada seperti mertua merasa lebih pintar mengurus anak ketimbang kita, menantunya. Jam terbang yang masih sedikit membuat mertua meragukan kualitas dan kuantitas kita dalam mengurus anak, alhasil konflik lagi terjadi.

Jangan dulu merasa risih karena hal ini, kita para menantu bisa mengambil sisi positifnya dari semua kejadian itu. Kita bisa belajar bagaimana beliau berpengalaman mengurus urusan rumah tangga dan bisa kita terapkan dalam rumah tangga kita. Kita bisa mengambil ilmu yang telah di ajarkannya untuk diterapkan di rumah tangga kita. Dengan pengertian dan mau memahami pasti semua perbedaan itu dapat teratasi.

  • Pendekatan

Ketika kita berada di bawah atap yang sama dengan mertua jangan merasa diri kita sebagai orang lain dirumah itu. Posisikan diri kita sebagai anak kandungnya dan lakukan pendekatan. Memang senyaman apapun rumah mertua masih tetap lebih nyaman rumah sendiri, tapi bukan berarti kita  terus-terusan merasa tidak betah dirumah tersebut. Karena bukankah keputusan tinggal bersama mertua sudah menjadi keputusan bersama dengan suami sebelumnya. Maka dari itu mulailah pendekatan dari hal-hal yang kecil terlebih dahulu, seperti membawakannya makanan sepulang kantor, bercengkrama atau menghabiskan waktu bersama di waktu senggang, mencoba lebih dekat dengannya ketika berada di dapur, atau bisa juga membuat janji untuk masak-masak di akhir pekan bersama. Di jamin, hal seperti itu akan membuat hati mertua luluh. Jadi, jangan lagi anggap omelan serta kritikannya sebagai benalu yang membentangkan jarak antara kalian. Anggap saja itu omelan dan kritikan dari orangtua kita sendiri. Sebenarnya mertua yang seperti ini membutuhkan perhatian, dimana sang anak sudah bersanding dengan orang lain dan perhatiannya yang dulu dicurahkan hanya kepadanya harus terbagi pada kita. Maka dari itulah mereka berharap kita bisa lebih peduli padanya.

  • Tidak mandiri

Karena tinggal satu rumah lantas segala hal harus dibicarakan pada mertua. Eits, kita juga harus punya privasi sendiri. Privasi yang hanya boleh diketahui oleh kita dan suami. Biasakan diri untuk mengambil segala keputusan dalam urusan rumah tangga tanpa ikut campur mertua. Hal ini akan membuat kita menjadi orang yang lebih mandiri. Buat kesepakatan dengan suami sejauh mana keterlibatan mertua diijinkan. Contohnya, mertua tidak perlu ikut campur mengatur urusan keuangan kita. Sepanjang beliau memberikan saran dan nasehat yang baik, itu pantas-pantas saja.

(rut/rut)

Favorit

Related Posts

Klik suka sekarang