Pelajaran Berharga dari Dokter Teo

Gemintang.com – Kehidupan duniawi dan segala kenikmatannya pernah membuat Dr. Richard Teo terpesona. Hidup dengan dikelilingi harta yang melimpah sempat membuat dirinya diliputi perasaan angkuh. Namun rupanya terselip pelajaran berharga dari kisah hidup seorang dokter asal Singapur ini, Sobat.

Sebelum tutup usia pada tanggal 18 Oktober 2012 akibat kanker paru-paru, Dr. Teo sempat berbagi cerita dalam seminarnya di National University of Singapore. Di masa-masa kejayaannya ketika umurnya memasuki angka yang ke-39, Dr. Teo dapat merasakan kehidupan finansial yang menjanjikan dari pekerjaannya sebagai seorang dokter ahli kecantikan.

Berasal dari keluarga menengah, Dr. Teo memiliki impian untuk menjadi orang sukses dengan harta yang berkelimpahan. Saat itu ia yakin bahwa kebahagiaan akan datang dari kekayaan yang ada padanya. Jiwa kompetitif Dr. Teo sudah tumbuh sejak ia masih muda, selain itu dirinya juga termasuk ke dalam golongan murid-murid teladan dan berprestasi di sekolah dan ia sering sekali membawa trofi-trofi penghargaan.

Kemudian, ia masuk dan menimba ilmu di universitas ternama di Singapuran dengan mengambil jurusan kedokteran. Setelah lulus, Dr Teo mengikuti kelas spesial mata, namun bagi Dr. Teo pelajaran tersebut memakan banyak waktu dan tidak mendatangkan banyak uang.

Setelah beberapa semester ia memutuskan keluar dari kelas spesialis dan membuat klinik kecantikan sendiri. Sesuai keinginan Dr. Teo, dalam waktu setahun klinik tersebut menjadi sukses dan menghasilkan jutaan dollar Singapura. Ia berpendapat bahwa pada saat itu, dunia bedah plastik merupakan lapangan pekerjaan yang sempurna bagi dirinya.

Selain tidak memakan banyak waktu dalam mendalami ilmu kecantikan, ia tidak perlu susah payang mencari obat penyembuh bagi suatu penyakit. Ia hanya perlu memperindah tubuh manusia dan dengan begitu orang-orang akan datang kepadanya sehingga ia dapat memperoleh uang.

Dr. Teo yang dulu tak pernah puas dengan kesuksesannya. Setelah membuka usaha di negeri asalnya, ia mencoba memperluas bisnis hingga ke negara Indonesia. Selain mendambakan kekayaan, ia juga tergila-gila dengan mobil mewah Ferrari. Dr. Teo termasuk ke dalam salah satu anggota klub mobil mewah dan kegiatan semacam tersebut membuatnya tinggal di dalam lingkungan high social.

Namun semua kenikmatan itu tak bertahan lama untuk ia rasakan. Pada bulan Maret 2011, Dr.Teo mengalami sakit punggung dan berniat untuk memeriksanya. Ia melakukan serangkaian tes pemeriksaan dan hasil tes tersebut menunjukkan bahwa ia mengidap kanker paru-paru stadium empat.

Dr. Teo tak percaya dengan mudah diagnosa tersebut, pasalnya, selama ini ia selalu rutin olahraga dan berusaha mengikuti pola hidup sehat walaupun ia termasuk seorang perokok pasif. Tak percaya dengan hal tersebut, Dr. Teo mencoba tidak terima dengan penyakit yang ia dapati.

Dr. Teo merupakan seorang Kristiani namun ia tidak percaya akan keberadaan Tuhan. Ia menjadi penganut agama Kristen semata-mata karena tren yang terjadi pada saat itu. Baginya, menjadi umat Kristiani merupakan hal yang membanggakan di masanya walaupun secara nyata ia tidak pernah menyentuh Alkitab.

Saat itu Dr. Teo memang memiliki kehidupan yang nyaman; pekerjaan yang menjanjikan, fasilitas hidup yang memadai dan beragam kenikmatan dunia lainnya. Dan hal tersebut rupanya telah menumbuhkan perasaan angkuh dan sombong dalam dirinya. Menurutnya, semua kesuksesan dan kenikmatan yang ia rasakan adalah akibat kerja kerasnya dan tidak ada campur tangan Tuhan sama sekali.

“Jadi siapa yang butuh Tuhan, jika kita bisa memiliki apapun? Jika Tuhan memang ada, buatlah suatu tanda akan kehadirannya dalam hidupku.” ucap Dr. Teo ketika salah seorang temannya mengajaknya untuk pergi ke gereja. Saat itu, segala hal yang berkaitan dengan Tuhan selalu ditanggapi dengan sikap apatis.

Kemudian, setelah Dr. Teo berdamai dengan penyakit yang ada di dalam tubuhnya, ia memulai pengobatannya dengan kemoterapi. Berdasarkan cerita yang ia bagi, selama menjalani proses pengobatan, ia mendapat sebuah pencerahan yang memberinya pelajaran bahwa satu-satunya jalan yang dapat membawa dirinya datang kepada Tuhan adalah melalui penyakit kanker yang diidapnya.

Bagi penderita kanker, kanker paru-paru merupakan jenis kanker yang termasuk sulit untuk disembuhkan, apalagi mengingat stadium yang dimasuki Dr. Teo sudah mencapai stadium empat. Rasanya mustahil untuk sembuh dari penyakit tersebut kecuali mukjizat dari Tuhan.

Dari cerita yang ia bagi, Dr.Teo memperoleh waktu hidup sekitar empat sampai enam bulan. Dibantu oleh teman-teman terdekat, kekuataan dan kepercayaan akan Tuhan akhirnya didapat oleh Dr. Teo. Ia mempelajari bahwa persoalan hidup tidak selalu tentang kekayaan materi, ada yang lebih tinggi dari semua itu.

Perjuangan Dr. Teo dalam melawan kanker sungguh berat. Saat bangun di pagi hari ia hanya memohon bahwa semua yang terjadi dalam kehidupannya hanyalah mimpi buruk. Ia pun mulai merasakan betapa beratnya hidup tanpa harapan yang pasti.

Dalam masa perjuangan, ia mempertanyakan kepada Tuhan: mengapa hal ini terjadi padanya? Dan saat ia tertidur, Dr. Teo mendapatkan mimpi yang bertuliskan ayat Alkitab Hebrews 12:7-8. Dr. Teo yang sebelumnya tidak pernah menyentuh Alkitab, tergugah untuk membuka ayat itu. Dalam Alkitab ia menemukan kalimat “Tuhan memperlakukan kamu seperti anaknya sendiri”.

Dr. Teo merasa bahwa itu merupakan panggilan Tuhan dalam hidupnya dan ia pun memercayai akan adanya Tuhan. Saat-saat terakhir Dr. Teo mendengar suara hati yang berkata: Bantulah orang lain dalam penderitaannya.

Melalui serangkaian peristiwa hebat yang terjadi dalam dirinya, Dr. Teo menyadari bahwa selama ini impian yang ia capai tidak ada artinya. Ia hanya memperoleh kehampaan dari kekayaan yang ditimbunnya.

Kesenangan sejati datang saat kita mau berinteraksi dan menolong sesama. Selain pelajaran akan hidup, Dr. Teo juga merasa bersyukur bahwa karena penyakit tersebut ia dapat memulai hubungan yang mesra dengan Tuhan.

“Kesimpulannya, semakin awal kita mendapati tujuan hidup yang mulia, semakin baiklah hidup kita. Jangan seperti Saya yang harus memelajarinya dengan cara yang menyakitkan.”

Pengalaman Dr.Teo layaknya dijadikan pelajaran bagi kita semua nih, Sobat. Semoga cerita ini dapat membuka mata, hati, dan telinga kita bahwa tidak ada yang lebih besar dari Tuhan.

Dr.Teo meninggal dunia pada tahun 2012

sumber inspirasi: http://www.heavenaddress.com/Dr-Richard-Teo-Keng-Siang/424153/379719/content

(sil/sil)

Favorit

Related Posts

Klik suka sekarang