Gemintang.com – Suatu hari, Joko pulang dengan muka kusut dari sekolah.
Bapak Joko : “Kenpa, Ko? Mukamu kusut sekali.”
Joko : “Tadi di sekolah saya dihukum bu guru, Pak.”
Bapak Joko : “Kenapa kamu dihukum? Kamu terlambat, nggak kerjakan PR, bikin gaduh di kelas atau apa toh, Nak?”
Joko : “Bukan, Pak. Bu guru kan Tanya Joko siapa yang tanda tangan teks proklamasi.”
Bapak Joko : “Terus kamu jawab apa, Nak.”
Joko : “Joko jawab saja bukan Joko, Pak.”
Bapak Joko : “Sudahlah, Nak. Zaman sekarang ini susah yang namanya masuk sekolah. Lebih baik kamu mengaku saja.”
Joko : “Kalau begitu, besok Joko akan mengaku saja, Pak.”
Keesokan harinya Joko pulang dengan muka yang jauh lebih kusut.
Bapak Joko : “Gimana, Ko? Kok mukamu tidak lebih baik jadinya? Kamu sudah mengaku kan?”
Joko : “Yang ada saya malah diskors seminggu, Pak. Padahal saya sudah coba untuk jujur.”
Bapak Joko : “Benar-benar keterlaluan guru kamu, Nak. Besok temani bapak ke sekolahmu.”
Keesokan harinya bapak Joko datang dengan emosi menggebu-gebu karena tidak terima anaknya diperlakukan seperti itu.
Bapak Joko : “Ibu ini kenapa sih? Saya tahu anak saya bersalah makanya saya tidak keberatan anak saya dihukum. Tapi anak saya sudah jujur, kok malah makin dihukum! Lagian ibu juga salah memberi pertanyaan. Jelas-jelas Joko belum lahir waktu itu. Yang tanda tangan surat itu sebenarnya saya. Jadi jangan skors anak saya.”
Bu Guru : “Maaf, Pak. Karena sepertinya Bapak salah paham, lebih baik Bapak pulang saja.”
Bapak Joko yang semakin bingung dengan tingkah Guru Joko pun memutuskan untuk pulang. Dalam perjalanan pulang, keduanya pun disapa oleh Pak Lurah.
Pak Lurah : “Ada apa toh Pak Joko dan Joko? Kok terlihat kusut?”
Bapak Joko pun menjelaskan kronologis kejadiannya dan Pak Lurah pun tertawa mendengarnya dan berkata, “Hahaha. Sudah Pak jangan dibesar-besarkan. Sekarang teks proklamasinya ada dimana? Biar saya saja yang tanda tangan.”
(Lydia)