Gemintang.com – Suatu sore di sebuah gereja, diadakanlah gladi resik untuk upacara pernikahan yang akan dilselenggarakan di hari Minggunya. Pak Pendeta, kedua mempelai, orang tua dari masing-masing mempelai, para pagar ayu dan pagar bagus, serta anggota paduan suara yang akan mengisi acara sudah berkumpul. Kedua mempelai yang meminta format pernikahan ala barat pun sudah mempersiapkan janji nikah yang dibuat masing-masing mempelai dan diserahkan kepada pendeta. Setelah semua orang dan peralatan siap, gladi resik upacara pernikahan pun dimulai.
Pak pendeta berdiri tegap di depan altar, berhadapan dengan calon pengantin pria. Calon mempelai wanita menunggu di depan pintu gereja bersama sang ayah. Kedua keluarga mempelai duduk di kursi-kursi yang khusus disiapkan. Pemain organ dan anggota paduan suara sudah bersiap di posisi masing-masing menunggu aba-aba sang pendeta. Ketika pak pendeta menganggukkan kepala, suara organ dengan lagu “Wedding March” pun berkumandang ke seluruh ruang gereja.
Selangkah demi selangkah, sang mempelai wanita berjalan digandeng sang ayah menuju ke altar. Semua hadirin sudah berdiri di tempat masing-masing. Sang mempelai pria menunggu di depan altar dengan senyum mengembang. Akhirnya, sampailah mempelai wanita di depan altar. Sang ayah pun memberikan tangan sang mempelai wanita kepada calon suaminya. Tidak lupa sang ayah menepuk bahu sang mempelai pria, tanda pemberian restu.
Kedua mempelai pun saling berpandangan dan bersama-sama menghadap sang pendeta. Sang Pendeta pun mulai membacakan janji pernikahan kedua mempelai.
“Saudara Bagas, apakah saudara bersedia menerima Saudari Indah apa adanya? Baik dalam suka maupun duka? Sehat maupun sakit? Kaya maupun miskin? Bersedia mengikuti semua keinginan dan harapannya? Bersedia menyediakan sarapan tiap pagi serta bersumpah demi Tuhan, bahwa Anda tidak akan melirik wanita lain seumur hidup Anda?”
Bagas terkesiap sambil tergagap ia menjawab, “Y… ya… hm… saya bersedia.” Sambil menunduk ke arah pendeta, sang mempelai pria berbisik, “kok janji nikahnya beda dari yang sebelumnya?”
Sang pendeta pun ikut menunduk dan berbisik, “Maaf, tadi calon istri Anda menyerahkan format janji pernikahan yang baru di saat-saat terakhir.”
Sang mempelai wanita tersenyum sambil mencubit si mempelai pria. Kikikan dan suara tawa tertahan terdengar dari arah hadirin. Sang mempelai pria pun berpikir, “Untung baru gladi resik…”
(lyd/rut)