Gemintang.com – Ingin melihat film ringan, lucu, namun penuh inspirasi? Ari Sihasale kembali mempersembahkan karya terbarunya yang tidak kalah dengan film-film garapan sebelumnya. Selama 116 menit, kita akan disuguhi berbagai kisah kocak, penuh petualangan, bahkan mengharu biru yang dialami oleh empat sahabat, Aswin, Johan, Sapar, dan Najip.
Kisah bermula di sebuah desa kecil di Lombok dimana ada 4 orang sahabat dengan latar belakang, hobi, dan keterampilan berbeda, menjalin persahabatan yang erat. Ada Aswin, anak Pak Tampan, seorang calon lurah yang kalah pemilihan. Ia sangat senang mengarang terutama mengarang mengenai bapaknya. Ada juga Johan, anak seorang violis kampung yang sangat senang memainkan biola bapaknya. Permainan biolanya yang terlalu ‘indah’ kerap membuat keempat sahabat, bahkan seluruh teman sekelasnya mengerenyitkan dahi dan menutup telinga rapat-rapat. Sapar, anak seorang buruh galian tanah, yang sangat menyukai ubi rebus dan sedang bergumul dengan bisul di pantatnya. Terakhir ada Najip, anak yang sangat senang pelajaran olahraga, terutama bermain bola dan punya hobi membersihkan gigi setelah makan.
Kisah persahabatan mereka pun diselingi dengan kehilangan yang cukup tragis, ‘kebetulan’ yang ajaib, dan percobaan kocak. Ibu Aswin yang bekerja di ladang, kejatuhan pesawat dan meninggal dunia ketika ayahnya bermain sabung ayam. Tidak lama setelah itu ayahnya pun menikah lagi, sehingga Aswin memiliki ibu baru. Sapar pun harus kehilangan ayahnya akibat longsoran tanah ketika ayahnya bekerja. Karangan Aswin di pelajaran bahasa Indonesia ternyata menjadi kenyataan. Apakah ia memiliki bakat terpendam? Selain itu, Johan berhasil menyembuhkan bisul Sapar dan Pak Tampan dengan permainan biolanya.
Perjuangan mereka dimulai ketika sang guru mengajari mereka tentang WC leher angsa. Di desa mereka yang cukup terpencil, ternyata hanya ada satu rumah yang memiliki WC, yaitu rumah Kepala Desa. Penduduk desa biasa buang air di sungai yang jaraknya cukup jauh dari desa. Dengan rasa penasaran yang tinggi, mereka mencoba untuk melihat WC leher angsa kepala Desa.
Sayangnya, Kepala Desa sangat pelit, sampai melihat pun tidak diijinkan. Mulailah kejahilan bocah-bocah itu untuk ‘mencoba’ WC leher angsa secara diam-diam. Aswin pun membujuk bapaknya untuk membeli WC leher angsa demi ibu barunya. Apakah mereka berhasil mencoba WC leher angsa yang mereka idamkan? Apakah ibu baru Aswin mendapatkan WC leher angsa?
Melalui film ini kita dapat belajar banyak hal. Bagaimana hal yang remeh bagi kita bisa menjadi hal yang begitu berarti bagi orang lain, apa arti persahabatan, bagaimana mensyukuri hidup dan memandang hidup sebagai petualangan yang tak pernah berakhir. Film ini sendiri sudah rilis sejak tanggal 20 Juni 2013 lalu dan Sobat Gemintang dapat menyaksikannya di bioskop-bioskop kesayangan kamu. Selamat menonton!
(lyd/rut)