Kegelapan yang Membawa Cahaya

Light-in-the-Darkness

Gemintang.com – Abdishakur Mohamoud adalah co-founder perusahaan Qorax Energy. Siapa sangka, salah satu orang yang berperan untuk dunia tersebut dulunya mengalami masa kesusahan dan kegelapan. Abdishakur Mohamoud hingga berusia 11 tahun tidak mendapatkan jaringan listrik.

Setiap hari ia harus berjalan ber-mil-mil jauhnya demi mendapatkan minyak tanah yang nantinya akan digunakan untuk penerangan dan memasak. Namun saat ia berusia 11 tahun, keluarga Mohamoud mampu memasang satu lampu sebagai penerangan. Hanya satu lampu untuk seisi rumah. 

“Dulu aku berpikir listrik adalah barang yang mewah” kata Mohamoud.

Ketika Mohamoud SMA di Northwest Somalia, ia menyadari kurangnya akses ke jaringan listrik adalah masalah yang besar yang mempengaruhi banyak hal. Bukan hanya keluarganya saja yang terpengaruh, namun  seluruh masyarakat dan masalah perekonomian.

Kepeduliannya tersebut akhirnya membuahkan hasil. Perusahaan yang ia dirikan, Qorax Energy (Qorax diucapkan KO-rah, berasal dari bahasa Somali yang berarti matahari), memecahkan masalah yang mempengaruhi 1,3 miliar orang di dunia (hampir sebagian berada di Sub-Sahara, Afrika) mendapatkan listrik dan penerangan. Perusahaannya menyediakan peti lampu surya dan rumahan untuk rumah di pedesaan Somalia, Republik Demokrasi Kongo, dan Eithiopia.

Masa kecil Mohamoud dihabiskannya sebagai pengungsi dari perang saudara Somalia di Ethiopia. Keluarganya pindah ke Somaliland (sebuah wilayah otonom, tetapi belum diakui secara internasional dan didirikan pada tahun 1991) dan tinggal di sana bersama dengan tiga keluarga lainnya di peternakan kakeknya. Berbagai kebutuhan seperti bahan bakar, obat-obatan, air bersih, dan pendidikan didapatkan dengan berjalan kaki lebih dari 4 mil. Satu-satunya penerangan di tempat tersebut berasal dari minyak tanah.

Somalia dan Republik Kongo yang belum pulih dari perang saudara menimbulkan tantangan tersendiri. Calon pelanggan jaringan listrik difokuskan untuk bertahan dan membangun kembali. Somaliland sebenarnya lebih stabil dari Somalia, namun karena mereka memiliki konflik sejarah sehingga orang-orang memiliki persepsi tersendiri.

“Orang memiliki persepsi yang salah bahwa mereka tidak bisa benar-benar masuk dan membantu.” ujar Mohamoud.

Mohamoud dan rekan Amerikanya (Christian Nicolas Desrosiers dan Nigel Carr) memutuskan untuk pergi sendiri ke pasar energi dengan bantuan dari Great Energy Challenge setelah kegagalannya berkonsultasi dengan utilitas listrik pada proyek-proyek berskala besar. Mereka memperkenalkan sistem pembayaran di Somalia yang memungkinkan para pelanggan dapat membayar dengan cicilan harian melalui ponsel mereka.

Keluarga Mohamoud pindah dari pertanian ke ibukota Somaliland, Hargeisa, di mana orang tuanya menghabiskan waktu 3 tahun untuk membangun kembali rumah mereka yang ditinggal semasa perang. Mohamoud mengenang saat-saat di mana mereka mendapat jaringan listrik. Itu adalah hal yang sangat menyenangkan baginya.

“Saya masih ingat, itu adalah hal yang luar biasa. Tapi sebenarnya itu juga awal dari masalah lain. Kami mengalami semua keterbatasan itu.” kenang Mohamoud. Penerangan tunggal di teras tidak cukup untuk kebutuhan keluarga. Ibunya memperbolehkan Mohamoud menggunakannya hanya untuk belajar.

Mohamoud akhirnya bersekolah di Universitas Abaarso Tech di Hargeisa. Meskipun berasal dari Somalia namun ia dapat berbahasa Inggris, Arab, dan Cina. Keahliannya tersebut memungkinkannya untuk berkomunikasi dengan kedua pelanggan pedesaan di rumah dan pemasok di Cina.

“Dia seorang mahasiswa biasa. Jujur, dia salah satu orang yang mengesankan yang pernah saya temui,” tutur Desrosiers, salah satu dosen Mohamoud di Universitas Abaarso Tech.

foto: imgbuddy.com

(nab/rut)

Favorit
Kegelapan yang Membawa Cahaya silky

Review

Kegelapan yang Membawa Cahaya

Summary: Kegelapan yang Membawa Cahaya

5

Good

User Rating: 0 (0 votes)

Related Posts

Klik suka sekarang