Gemintang.com – Teman, seharusnya bisa menjadi seseorang yang menyenangkan agar persahabatan tetap asyik walau kadang tak jarang pula bertengkar. Tapi sebel gak sih, kalau ternyata teman kita itu egoisnya setinggi langit ? Sebenarnya bisa saja kita pun berlaku sama seperti apa yang dia lakukan, tapi tidak, karena kita adalah teman, maka yang harus kita lakukan adalah membuatnya mengerti bahwa menjadi individu yang egois itu adalah sikap yang salah. Lalu bagaimana sih, cara tepat menyampaikan nasihat itu agar kita tidak sebaliknya dipandang sombong ? Berikut tipsnya untuk kamu.
Teman atau bukan ?
Dikutip dari sebuah kata Kahlil Gibran, ia mengatakan, “Tidak ada yang namanya sahabat sejati, namun yang ada hanyalah kepentingan.” Mungkin ya, terkadang teman datang kepada kita hanya disaat ia membutuhkan pertolongan. Selebihnya kita tidak tahu apa yang sedang ia lakukan, dimana dan juga bersama siapa. Menyikapi hal ini, sebaiknya kamu pun jangan selalu mau untuk memenuhi segala keinginannya. Kamu tidaklah kejam, tidak juga sadis karena telah mengabaikannya. Tapi ada saat dimana kamu pun harus berlaku egois demi kebaikannya. Teman atau bukan sih, yang datang kepada kita hanya disaat gentingnya saja ?
Stop bersabar !
Kesabaran tidak akan membuahkan hasil bila tanpa melakukan sebuah tindakan. Jangan berikan kesabaran karena itu hanya akan membuatnya terlena dan membuat rasa egoisnya semakin menjadi-jadi. Pernahkah kamu merasa diintimidasi karena hal ini ? Konon, orang sabar disayang Tuhan. Ya, itu memang benar, tapi tidak untuk hal ini. Kamu harus lebih tegas saat mengatakan “tidak mau” ataupun “tidak bisa”. Keragu-raguan akan menjadi peluang baginya untuk terus memanfaatkan kebaikan yang kamu miliki.
Prinsip balas budi
Jika seorang teman seringkali membuatmu repot dengan ulahnya, coba sesekali kamu yang membuatnya repot. Bukan karena balas dendam, melainkan agar ia tahu apa itu balas budi. Dia tidak akan pernah mengerti selama dia menyuruh tanpa disuruh, meminta tanpa dipinta, dan mengambil tanpa diambil. Contoh, ucapkan hal ini kepadanya, “Halo ga”, barangkali namanya Olga, Angga, atau mungkin Dirga. “Halo ga, kayanya hari ini gue gak bisa jemput lo deh, motor gue dipake sama bokap dan gue juga ngga tau bisa ngampus apa ngga. Kalo gue minta lo yang jemput gue bisa kan ? Sayang tu motor baru kalau cuma dipajang di garasi.” Intinya, upayakan agar ada sesuatu hal yang juga bisa dia lakukan untukmu.
Kritik dan saran
Teman sejati adalah teman yang bukan hanya sejalan, melainkan juga saling menasehati saat ada yang keliru. Berikan nasehat yang mudah diterima tanpa dipandang menggurui. Kritikan itu penting, andai saja dia menerimanya dengan baik, tentu akan lebih mudah bagi kamu untuk mengungkapkannya. Saat memberikan kritik, lebih baik ungkapkan dengan permulaan kata “maaf”. Terkadang walau kita sudah cukup akrab, tidak mudah menerima kritikan yang langsung to the point. Jika kritikan dipandang sadis, maka berikanlah saran yang mungkin akan lebih enak di dengar ketimbang sebuah kritik.
Mungkin belum dewasa
Well, sifat egois itu pastilah ada dalam setiap diri manusia. Merasa paling hebat, merasa paling baik dan pintar adalah alasan mengapa seseorang terlihat angkuh dengan segala keegoisannya. Tapi dia adalah teman kita, bukan hal yang tidak mungkin bila kita memaafkannya dan juga memakluminya, karena mungkin dia belum cukup dewasa. Mengapa dikatakan demikian ? Kedewasaan seseorang akan membuat dirinya mampu menempatkan kapan waktu yang tepat untuk menyalurkan keegoisannya. Jadi, jangan anggap dia dewasa sebelum dia mampu merubah sikap buruknya itu.
(Mira)