Bukan Melihat Sampulnya

Gemintang.com – Dikisahkan seorang pemuda berumur 27 tahun yang bekerja di sebuah perusahaan properti, berangkat kerja di pagi hari dengan menggunakan sepeda motornya. Setiap hari Senin hingga Jum’at, pemuda tersebut selalu berangkat kerja melewati perempatan lampu merah yang sering dilanda macet itu. Di ujung perempatan tersebut, ia sering menghentikan motornya dan mampir ke sebuah lapak koran untuk membeli koran harian yang biasa ia baca.

Si penjual koran yang sudah terlihat tua dan seringkali berpakaian lusuh, hapal dengan pemuda yang menjadi salah satu langganannya itu. Setiap kali si penjual melihat warna atau nomor plat motor si pemuda, penjual koran ini sudah bersiap-siap menyediakan koran yang akan dibelinya. Dan begitulah rutinitas yang terjadi setiap hari Senin hingga Jum’at diantara pemuda dengan si penjual koran.

Namun keesokan harinya, si pemuda itu tidak melihat bapak penjual koran yang biasa mangkal di ujung perempatan jalan. Alhasil, ia pun kembali menstater motornya dan pergi mencari tukang koran lain.

Dua hari kemudian kejadian serupa masih terjadi. Si bapak penjual koran tidak membuka lapak dagangannya dan selama dua hari itu pula si pemuda membeli koran kepada penjaja koran lain. Tapi sebelum ia menyalakan mesin motornya untuk pergi meninggalkan tempat itu, hatinya tergelitik untuk mengetahui apa penyebab si pedangang langganannya tersebut menutup lapak koran selama dua hari.

Si pemuda ini turun dari motornya dan berdiri di pinggir trotoar jalan. Ia memanggil tukang rokok yang sedang mondar-mandir memasarkan barang dagangannya kepada setiap kendaraan yang lewat.

“Rokok, mas?” Tawar si pedangan rokok.

“Maaf, saya tidak merokok. Tapi saya mau nanya, boleh?” ucap si pemuda.

“Nanya apa, mas?”

“Begini, bapak yang jual koran di pinggir trotoar ini kenapa gak jualan, ya?” Tanya si pemuda.

“Oh itu, dia lagi pergi ke luar negeri mas. Ke Amerika. Katanya anak sulung si bapak ini akan wisuda S2.”

Si Pemuda terperangah kaget. Dari penampilan si bapak penjual koran, pemuda ini sedikit tidak percaya bahwa ia mempunyai anak yang kuliah di luar negeri bahkan sampai S2. Usut punya usut, dari pedagang rokok tersebut si pemuda mengetahui bahwa bapak penjual koran mempunyai dua anak.

Si sulung bersekolah di Amerika dan kini sedang menjalankan wisudanya. Sedangkan anak bungsunya yang perempuan berkuliah di Universitas Indonesia dan semuanya itu dibiayai dari hasil si bapak menjual koran serta beasiswa yang diterima kedua anaknya karena hasil prestasi akademik. Sungguh, betapa takjubnya pemuda tersebut.

Don’t judge a book by the cover.  Begitulah pepatah asing yang sering kita dengar. Terkadang manusia sering menilai orang lain hanya dari penampilan luarnya saja tanpa mengetahui seperti apa orang tersebut, atau menghakimi seseorang tanpa terlebih dahulu mengetahui akar permasalahannya. Mulai dari sekarang, ayo tinggalkan sikap dan perilaku tersebut.

Siapa sangka jika seorang pedagang koran yang tentu kehidupan ekonominya lebih mapan dari seseorang yang menaiki kendaraan mewah di jalan bisa menyekolahkan dua orang anaknya hingga tingkat perguruan tinggi bahkan hingga S2. Semoga kisah di atas tadi memberi kita pelajaran untuk tidak menilai seseorang melalui penampilan luarnya serta mampu menghargai siapapun yang hadir di sekitar kita.

foto: en.academic.ru

(ysf/rut)

Favorit

Related Posts

Klik suka sekarang