Gemintang.com – Di desa Niuchepin di kaki Gunung Malu, Kota Liuzhou, propinsi Guangxi, Tiongkok, hiduplah seorang bocah bernama Ah Long. Bocah yang baru berusia 6 tahun ini tinggal seorang diri di sebuah gubuk dengan satu kamar dan satu kompor berupa tumpukan bata serta kotak kaleng sebagai toilet.
Ibunya meninggal ketika melahirkan Ah Long, sedangkan ayahnya meninggal ketika ia berusia 4 tahun. Ah Long dikucilkan oleh neneknya dan warga sekampungnya karena ia mengidap HIV. Ia pun mulai bertahan hidup sendiri sejak itu.
Ah Long hidup dengan mengumpulkan kayu bakar dan memasak sayuran yang ditanam neneknya. Tiap minggu neneknya akan mengunjungi Ah Long. Para warga pun sesekali memberinya makanan atau pakaian bekas. Saat itu, Ah Long tinggal dengan anjingnya, Lao Hei yang menjadi satu-satunya temannya dan ayam peliharaannya.
Keseharian Ah Long adalah mencari kayu bakar, memasak, mencuci, dan bermain dengan Lao Hei. Ia tidak bersekolah karena ia dikeluarkan dari sekolah dalam waktu 3 bulan karena penyakitnya.
Namun, Ah Long yang tidak mengerti apa itu HIV -yang menjadi alasan pengucilannya- tidak pernah mengeluh. Hidup yang ia tahu hanyalah bertahan di gubuk kecilnya dengan Lao Hei. Hal ini tidak menyurutkan semangat hidupnya, tiap pagi Ah Long naik ke gunung untuk mencari kayu bakar demi bertahan hidup untuk hari berikutnya.
Kerja keras Ah Long tidak sia-sia karena suatu hari ketika ia mencari kayu bakar, dirinya berpapasan dengan seorang reporter. Reporter inilah yang kemudian mempublikasikan kisah Ah Long dan membuat Ah Long menjadi perhatian banyak orang.
Sejak saat itu, kehidupan Ah Long pun mulai membaik. Pemerintah setempat memberinya 70 yuan per bulan sebagai dana bantuan. Selain itu, ia pun mendapat bantuan medis untuk HIV yang ia idap. Mainan, pakaian, dan buku-buku pun berdatangan dari sumbangan banyak orang. Sampai akhirnya ada sepasang suami-istri yang sudah lanjut usia berniat untuk mengadopsi Ah Long, lengkap dengan Lao Hei dan ayam peliharaannya.
Dari kisah hidup Ah Long kita belajar untuk selalu ikhlas menjalani hidup, memaafkan sesama dan yakin bahwa usaha yang kita lakukan tidak akan pernah sia-sia. Bagi Ah Long yang ketika itu tidak mengerti kenapa semua orang-orang menjauhinya, bocah kecil tersebut dapat tetap menemukan kedamaiannya bersama Lao Hei, satu-satunya teman yang tersisa di sampingnya.
Lalu bagaimana dengan kita? Adakah kedamaian kecil di sekitar kita yang dapat kita andalkan di saat-saat sulit?
foto: news.asiantown.net
(tut/rut)