Menikah Dulu, Barulah Mencintai

Foto by localprice.com

Gemintang.com – Cinta, pada dasarnya bisa datang kapan saja, bahkan pada saat yang tidak pernah kita duga. Cinta ibarat magic, karena siapapun yang terkena panahnya, sekilat seperti tak sadarkan diri. Karena cinta, apa yang tidak kita sukai bisa seketika menjadi suka. Dan apa yang kita benci bisa seketika menjadi cinta itu sendiri. Lalu setelah kita mencintai, akan dibawa kemana rasa cinta itu ?

Menikah ? Ya, tepatnya seperti itu. Jika anda sudah menemukan sosok yang ideal, kenapa tidak ? Namun yang seringkali menjadi pertanyaan, apakah harus mencintai dulu baru bisa menikah ? atau, menikah dulu barulah mencintai ?

Sebagaimana seseorang yang memutuskan untuk menikah, tiada lain adalah karena ia sangat mencintai pasangannya. Mengenal, berpacaran, dan lalu memutuskan untuk menikah, adalah proses yang lumrah bukan ? Namun sebaliknya, ketika anda menikah lebih dulu barulah mencintai, akan seperti apa kira-kira ? Sedangkan anda pun belum mengenal baik calon pasangan anda. Bagaimana jika setelah menikah akan ada banyak konflik yang terjadi seiring dengan perbedaan yang tidak bisa disatukan ? atau ada banyak kebohongan yang akan terungkap setelah pernikahan ? Setidaknya, kemungkinan buruk seperti ini akan lebih kecil jika anda menikah setelah benar-benar mencintai calon pasangan anda.

Tapi faktanya, anjuran untuk menikah lebih dulu adalah agar kita terhindar dari sesuatu yang tidak diinginkan. Terlepas apakah rumah tangga akan bahagia ataupun tidak, sebagian besar masih menganggap bahwa menikah lebih dulu adalah pilihan yang benar. Ada sedikit kisah yang pernah saya dengar dari seorang rekan, ia bercerita seperti ini,

Dulu, setiap anak gadis di kampungnya tidak boleh keluar lebih dari jam 06.00 sore. Semua pintu tertutup dan aktifitas sepenuhnya dilakukan didalam rumah. Anak gadis hanya diperbolehkan keluar di pagi hari untuk membantu orangtua bercocok tanam, lalu pergi ke sekolah, dan mengerjakan tugas rumah. Selebihnya, tidak lebih dari dua jam mereka diperbolehkan bermain. Dan lalu ada seorang guru sufi yang memberanikan diri untuk melamar salah satu gadis di kampung itu, ya itulah rekan saya. Karena karakternya yang pendiam, akhirnya ia pun menerima lamaran tersebut dan akhirnya menikah.

Yang dirasakan di awal pernikahan tentunya rasa canggung, karena tidak didasari cinta dan belum begitu dekat satu sama lain, keduanya pun seringkali salah tingkah. Tapi lambat laun semua terasa lebih menyenangkan. Dia tidak seperti guru sufi kebanyakan yang selalu memberikan ceramah keagamaan. Di balik itu, ternyata dia penyayang, terlebih sering membuat rekan saya tertawa. Dan rasa canggung itu pun perlahan hilang sampai dengan kini usia pernikahannya menginjak 15 tahun. Dan anugerah terbesar adalah, mereka telah dikaruniai 6 orang anak. Saya lalu berpikir, wah .. sepertinya bahagia sekali. Tapi kesimpulannya adalah, mereka telah cukup berhasil mempertahankan cinta yang dijalin bukan sebelum menikah, tetapi setelah menikah. Dan rekan saya menambahkan, bahwa ini pun bukan tanpa hambatan, tapi dengan bersama, kita mampu melewatinya.

Menikah, seyogyanya memang bukan sekedar permainan. Bagaimana dan dengan siapa kita akan menikah adalah sebuah pilihan. Menikah dulu barulah mencintai ataupun sebaliknya, itupun sebuah pilihan. Tapi menurut saya, “cintailah seseorang yang kamu nikahi”. Entah awalnya sudah ada rasa cinta ataupun belum ada rasa cinta, ketika anda memutuskan untuk menikah, maka berusahalah untuk mencintai orang yang anda nikahi.

(Mira)

Favorit

Related Posts

Klik suka sekarang