Kenalkan, Kami Anak Jalanan

Foto by aisyashobalifa.com

Gemintang.com – Sungguh pilu, melihat masa depan anak bangsa begitu mengerikan. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak menyatakan, bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan. Disebutkan juga, bahwa anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa dimana memiliki hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara.

Namun nyatanya, beberapa hak asasi anak-anak itu terancam tak bisa terpenuhi, seperti hak atas kesehatan hingga akses layanan pendidikan. Seperti yang diungkapkan oleh Kasubdit Pembinaan Kesejahteraan Sosial dan Anak Terlantar Kementerian Sosial, Rahmad Kusnadi, di Indonesia tercatat 4,5 juta orang terlantar yang 230 ribu diantaranya dikategorikan sebagai anak jalanan. Sungguh jumlah yang fantastik.

Ada satu cerita, ketika saya mampir di sebuah tempat makan, belum 10 menit saya duduk, 2 orang anak menghampiri saya. Yang satu wanita, usianya sekitar 7 tahun. Satunya lagi pria, saya rasa dia masih duduk di bangku TK. Dengan suara yang pas-pasan, sebut saja anak wanita itu adalah kakaknya. Ia menggerakkan kayu yang ditancapkan beberapa tutup botol hingga menghasilkan suara yang senada dengan lagu. Tapi bukan itu yang menjadi perhatian saya. Dalam hati berkata, “Sekarang hampir jam 8 malam, dan anak-anak ini ngapain juga masih keluyuran. Ibunya gak ngomel apa ya ? Atau jangan-jangan emang ibunya yang nyuruh. Wah sadis.”

Tidak sampai situ, sepulangnya dari tempat makan, lampu merah membuat kendaraan saya berhenti dan itu tepat dibawah jembatan, akses menuju jalur tol. Pemandangan yang seharusnya tidak menjadi konsumsi publik nyatanya jadi bahan tontonan juga. Saya pernah mendengar tentang anak jalanan, sekumpulan anak terlantar yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Dan ini nyata, ada dihadapan saya. Begitu miris melihat potret realita seperti ini. Jangan bilang mereka adalah sampah masyarakat, karena tidak ada seorang pun yang menginginkan hidupnya menjadi terbelakang.

Meninjau hal tersebut, baik pemerintah maupun pihak sosial, tentu tak tinggal diam. Mereka yang tergerak hatinya, tidak sampai hati membiarkan saudaranya sendiri hidup tanpa hak yang semestinya. Adalah Nadiah Abidin dan suaminya, Andi Suhandi. Mereka adalah pendiri dari sebuah sanggar bernama “Sanggar Anak Matahari.” Sanggar Anak Matahari adalah organisasi non profit yang terletak di Indonesia yang dimulai sebagai sebuah inisiatif kecil untuk membantu anak-anak yang kurang beruntung, seperti anak-anak jalanan, anak yatim piatu, dan juga anak-anak miskin, untuk mendapatkan pendidikan, motivasi, dan banyak kegiatan positif yang mereka butuhkan guna masa depan yang lebih baik. Dengan dua kantor cabang yang berlokasi di Bekasi dan Sukabumi, Sanggar Anak Matahari saat ini memiliki sekitar 400 anak di bawah sayap dan mencoba untuk lebih berkembang lagi. Banyak diantaranya yang memang berprestasi. Mereka berkemampuan untuk bisa bersaing dengan anak-anak normal lainnya. Mereka membuktikan bahwa mereka bisa dan mereka layak untuk berada di tengah-tengah masyarakat.

“Kami adalah Sanggar Anak Jalanan yang teletak di belakang Stasiun Bekasi. Ditempat inilah kami akan mengawali perubahan dalam hidup kami, Doakan kami berhasil ya!!”

Masih belum terlambat bagi kita untuk lebih peka terhadap sesama. Menjadi kebanggaan tersendiri saat kita mampu berbagi, dan melakukan satu hal yang mulia.

“Siswa tidak peduli betapa pintarnya seorang guru, yang mereka pedulikan adalah apakah guru tersebut juga peduli terhadap dirinya”.

(Mira)

Favorit

Related Posts

Klik suka sekarang